Oktober 2020
Pandemic … Collective
Serupa ancaman dan teror, pandemi telah merubah banyak perilaku dalam bermasyarakat. Bagaimana cara berinteraksi secara tidak langsung (ataupun melalui daring), bekerja dari rumah, bersekolah dari rumah hingga yang paling mendasar dan umum ialah bagaimana cara tiap-tiap individu berusaha menerima pola kehidupan yang tidak sama seperti sebelumnya.
Pada sisi lain, momen pandemi menumbuhkan tidak sedikit kesadaran dari elemen masyarakat untuk bahu-membahu menyikapi krisis ini. Berbagai bentuk inisiatif dari sekelompok masyarakat seperti penggalangan dana, pembuatan masker atau berbagai Alat Pelindung Diri, hand sanitizer, maupun kegiatan solidaritas membantu ekonomi masyarakat kelas bawah yang paling terdampak. Inisiatif tersebut dilakukan bersama-sama untuk saling mendukung.
Inisiatif yang didasarkan pada kesadaran kolektivitas sangat strategis dalam menangani krisis ini. Alih alih dapat diaplikasikan untuk menyiasati keadaan, inisiatif kolektif juga mengingatkan bagaimana melihat potensi dan dampak lain dalam memaknai hubungan pola berkolektif itu sendiri. Praktik-Praktik solidaritas yang semakin tumbuh serta memupuk kebersamaan sehingga mengembangkan semacam optimisme yang dapat memulihkan berbagai kondisinya secara mandiri. Baik saat di tengah krisis pandemi ataupun setelahnya. Baik secara mental, sosial, maupun ekonominya. Baik dalam lingkup kolektif lokal maupun dalam interaksi lingkup global yang lebih luas. []
Café Society X TERATOTERA (October 15–20, 2020 via Online)
TERATOTERA Festival 2020 adalah festival yang mengundang kolektif-kolektif dari Indonesia, Jepang, Kamboja, dan Thailand. Rencana awalnya, festival ini ingin diselenggarakan di Jepang. Dikarenakan pandemi, agenda acara ini akan diselenggarakan secara serentak di empat negara di mana masing-masing kolektif akan menyelenggarakan beberapa program acara melalui internet. Dalam hubungannya dengan agenda acara TERATOTERA Festival 2020, Café Society Cinema mengundang pada setiap kolektif yang terlibat untuk berkolaborasi dalam satu agenda pemutaran film. Pemutaran akan berlangsung selama enam hari berturut-turut (15-20 Oktober 2020) dan dapat diakses melalui situs Café Society Cinema.
Kolektif yang diundang untuk berpartisipasi:
– Chiang Mai Art Conversation (Thailand)
– hyslom (Jepang)
– Ongoing Collective (Jepang)
– Ruang MES 56 (Indonesia)
– Sa Sa Art Projects (Kamboja)
– Sapporo Dance Collective (Jepang)
“Roundabout at KM 0” (Sutthirat Supaparinya, 2017, 5.57 minutes)
Bundaran di km 0 menggambarkan perjalanan jeda dan mundur di sekitar bundaran melalui gambar bergerak. Lokasi bundaran adalah “kilometer nol”; titik awal—literal maupun kiasan—dari sistem jalan raya nasional Thailand dan yang paling penting juga, lokasi Monumen Demokrasi Thailand.
“The Nameless Boy” (Diego Batara, 2017, 5 min)
Mengikuti seorang anak muda Muslim yang menyaksikan bagaimana rasisme dan diskriminasi agama nyata dan tumbuh di Indonesia dalam salah satu protes demonstrasi Muslim garis keras terhadap mantan Gubernur Jakarta.
“Mother of River” (Mech Choulay, Mech Sereyrath, 2020, 9 min)
Imajinasi-ulang sebuah eksistensi kehidupan natural secara artistik dengan bentuk performatif menanggapi kegentingan ekologis.
“Documentation of Hysteresis” (hyslom)
Penangkapan atas “percobaan” dan “peristiwa” yang lahir dari interaksi antara tubuh dan tempat yang dihadapi. Histeresis adalah istilah fisik yang berarti bahwa ketika suatu gaya diterapkan pada suatu benda, keadaan tidak akan sepenuhnya kembali meskipun dikembalikan ke keadaan yang sama seperti keadaan awal.
“Voice Up” (Sapporo Dance Collective, 2020)
Sebuah presentasi karya dari Sapporo Dance Collective dengan mengumpulkan “suara” dari wawancara dan dialog bersama orang-orang yang dekat dengan anggota, seolah-olah mereka pernah mengalami penyebaran COVID 19 di seluruh dunia pada waktu yang bersamaan.
“Distance” (Atsushi Yamamoto, Takuya Yamashita, Maiko Jinushi, Masaya Chiba, Hikaru Suzuki, 2020)
Kompilasi video dari “Ongoing Collective” (Jepang) yang merupakan hasil karya beberapa seniman.