Aku Ingin Membunuhmu?

Menjadi keluarga ideal adalah idaman bagi setiap orang. Imaji kerukunan, keakraban, dan saling mendukung hampir menjadi ukuran pasti sebuah keidealan. istilah menjadi keluarga “inti” pun semakin menegaskan bahwa setiap orang yang menjadi anggota keluarga seakan harus berlaku intim; intens; serba memahami; atas keberadaan anggota keluarga lainnya. Hanya saja, kemudian bagaimana jika diantara anggota keluarga tidak mampu untuk menghadirkan laku intim tersebut?

Di sisi lain, kecenderungan seseorang berpikir bahwa orang lain harus memahami dirinya, bahwa anggota keluarga yang satu harus dapat memahami anggota keluarga yang lain tanpa kata-kata menjadi penguat munculnya asumsi-asumsi individu yang tidak bisa dikejar benar-salahnya. Selain itu, kesulitan antara anggota keluarga untuk mengungkapkan apa yang diinginkan satu sama lain menimbulkan keterasingan.

Keterasingan membuat batasan berekspresi diantara anggota keluarga sehingga mereka melampiaskan dengan caranya masing-masing. Bentuk caranya bisa jadi sangat halus bahkan banal dan tak terduga. Kalimat-kalimat yang terdengar banal terletus dari anak-anak maupun orang tua sebagai gejolak batin yang tak dapat ditahan lagi.

Progam Café Society bulan Oktober ini menggagas keterasingan sekaligus mempertanyakan ekspresi-ekspresi yang dilampiaskan dalam keluarga.

Seperti Antoine Doinel dalam film 400 Blows dan Hubert Minel dalam film I Killed My Mother yang diabaikan orang tuanya dan mengatakan “Ibuku telah mati.” Juga Ivan dalam film The Return yang salah mengartikan niat Ayahnya lalu mengatakan, “Aku ingin membunuhmu.” Selain itu, Zain dalam film Capernaum yang menanggung beban keluarga sebagai anak laki-laki pertama, menuntut orang tuanya mengapa ia dilahirkan ke dunia.

Selamat menonton!

(Anita R. Zein)