JULI 2019
Relationships, Redefined
Cinta barangkali telah – dan akan seterusnya – jadi topik yang terlalu sering hadir dalam segala produk budaya manusia. Sejarah tidak pernah punya jawaban tunggal tentang apa itu cinta. Lebih-lebih lagi buku tata cara singkat dan praktis membingkainya dalam hubungan antar-manusia. Meski berangkat tanpa bekal yang cukup berarti. Manusia tetap bernyali untuk melemparkan dirinya ke dalam makna keterhubungannya masing-masing. Hasrat untuk terikat bisa jadi salah satu faktor dari asumsi ini. Meskipun, mungkin pada akhirnya, manusia selamanya tidak akan pernah bisa memahami diri dan kehendaknya sendiri. Seperti air, ia selalu berubah bentuk. Apa yang terasa begitu nyata minggu lalu barangkali akan terasa benar-benar berbeda sekarang atau kelak. Dan cinta, selama peradaban manusia masih berjalan; niscaya akan terus ada, hidup, bergerak, dan terbuka atas perubahan atau pertanyaan baru tentangnya.
Ratusan judul – atau ribuan kalau boleh berlebihan – sudah bicara tentang cinta. Membentuk gugusan roman stereotipikal dengan karakter-karakter yang hanya berfungsi sebagai one-note jokes. Menawarkan sebuah premis tunggal dan memberikan audiens persis dengan apa yang diharapkan secara berulang.
Program Café Society bulan Juli kali ini sedikit banyak menggagas dimensi-dimensi lain dan mempertanyakan ulang hal-hal paling dasar dari hasrat manusia. Konsep cinta dan hubungan antar-manusia.
Di mana garis tipis antara kasih dan birahi? Sejauh apa klaim kepemilikan antar-sesama jadi relevan untuk mempertahankan sebuah hubungan? Adakah kita mencintai orang lain dari persepsi personal tentang mereka yang ‘seharusnya’ – lalu hidup sebatas jadi ide di kepala masing-masing – dan bukan mereka yang ‘sebenarnya’ ada sebagai manusia seutuhnya? Apakah orang yang tepat bagi kita benar-benar ada? Seperti apa pernikahan yang ideal? Apakah kiasan ‘sampai kematian memisahkan’ hidup sebatas cuap-cuap manis di bibir belaka?
Alih-alih jawaban, film-film yang akan ditayangkan kali ini mungkin justru membuat kepala kita semakin penuh dengan pertanyaan lainnya.
Dwiki Aprinaldi
2 Juli 2019
My Night at Maud’s (Éric Rohmer | 1969 | Prancis | 111 Menit )
Jean-Louis, seorang Katolik taat, hidup dengan aturan moral yang ketat untuk merasionalisasi dunianya. Setelah melihat Françoise di sebuah Misa, ia bersumpah untuk memperistrinya. Ketika percakapan dengan Maud semakin mendalam, Jean-Louis disuguhkan pertanyaan-pertanyaan yang membelenggunya.
9 Juli 2019
Yourself and Yours (Hong Sang-soo | 2016 | Korea Selatan | 86 Menit )
Young-soo mendengar rumor bahwa pacarnya, Min-jung, baru-baru ini mabuk dan menghabiskan malam bersama pria tidak dikenal. Hal ini mengarah pada pertengkaran yang bisa mengakhiri hubungan mereka. Satu langkah lebih jauh dalam melihat konsep cinta yang posesif.
16 Juli 2019
Sidewalls (Gustavo Taretto | 2011 | Argentina | 90 Menit)
Film bercerita tentang Martin dan Mariana. Dua orang yang tinggal di jalan sama di gedung berseberangan, namun tidak pernah bertemu satu sama lain. Sebuah potret realis tentang problem hubungan modern perkotaan dan pergerakan kota yang semakin menihilkan manusia dari relasi, interaksi, dan hal-hal yang membentuknya sebagai manusia.
23 Juli 2019
That Day, on the Beach (Edward Yang | 1983 | Taiwan | 166 Menit )
Dua kawan lama bertemu kembali setelah tiga belas tahun berlalu. Membuka potongan-potongan narasi kilas balik di antara keduanya. Dari paradoks suka cita yang ditawarkan institusi keluarga tradisional dan rumah tangga, hingga lebih jauhnya membuat kita mempertanyakan ulang konsep kehendak bebas (free will).
30 Juli 2019
My Love, Don’t Cross That River (Jin Mo-young | 2014 | Korea Selatan | 86 Menit )
Mereka dikenal sebagai ‘100-year-old lovebirds’. Sepasang suami-istri yang menghidupi hidup layaknya dongeng di atas kenyataan kiasan ‘sampai kematian memisahkan’. Film mengikuti pasangan ini ketika kematian diam-diam duduk di antara mereka.