FEBRUARI 2019
Dialog Diaspora
Manusia (Homo Sapien) bermigrasi dan berpindah dari satu titik di bumi ke titik lainnya semenjak 70.000 tahun yang lalu. Berpindah, menetap, membentuk sebuah masyarakat dan beraktivitas sehingga perpindahan itu terus terjadi hingga sekarang. Ketika berpindah, manusia membawa ‘seperangkat kebudayaan’ miliknya. Di tempat baru itulah ia gunakan dan sesuaikan dengan kondisi alam, maupun pertemuannya dengan kelompok manusia lainnya.
Ketika membicarakan manusia dan persebarannya kita akan bertanya-tanya mengenai asal usul kita. Dari manakah orang tua kita berasal? Dari manakah orang tua mereka berasal? Keterikatan kebudayaan dan tempat asalnya sudah bercampur dengan segala bentuk pertukaran yang terjadi. Dengan perpindahan yang didorong (dan ditarik oleh)kepentingan penjajahan, bisnis, hingga keamanan. Apalagi dengan adanya globalisasi, kita juga semakin mudah mengakses informasi mengenai perlintasan budaya ini.
Bulan Februari ini, Café Society memutar delapan buah film yang bercerita mengenai diaspora dalam lingkup Indonesia. Sugiharti Halim, Akar dan Intiong bercerita mengenai perempuan-perempuan keturunan Tionghoa dan identitas mereka. Kawin campur antar suku bangsa juga dicertiakan dalam Intiong (India Tionghoa), yang juga dilakukan oleh orang-orang keturunan Pakistan dalam Kaun Hai Hum, Hum Yaahan Hai. Salah Asuhan, film Asrul Sani pada tahun 1972 bercerita mengenai kisah cinta Timur dan Barat. Seorang pemuda Minang yang mencoba memutuskan ke-Minangannya. Selanjutnya, Paris Dreams yang bercerita mengenai Wulan, seorang waria yang hidup di Paris, dimana ia jauh dari keluarganya di Indonesia. Liefde justru ingin menyambungkan kembali silsilah keluarga yang terputus. Begitu juga dengan kisah-kisah personal empat orang pemuda keturunan Indonesia di Belanda dan identitas mereka yang dikemas dalam Untuk Selalu. Selain identitas, diaspora juga erat dengan kebudayaan makan. Dinnertime adalah kisah kikuk pertemanan dua orang anak dan kebiasaan keluarga mereka makan malam.
Setelah makan malam, kita terbang bersama Pulang ke Indonesia untuk mengikuti kisah seorang anak Indonesia yang untuk pertama kalinya “pulang” dan merasakan keseharian disini secara langsung. Dengan kisah orang ‘pendatang’, Merahnya Biru dan Performing Out of Limbo dapat merepresentasikan kedatangan dan pertemuan kebudayaan luar, (atau yang kita anggap liyan) di Indonesia.
(Rugun Sirait)




Selasa, 4 Februari 2018
Sugiharti Halim | Ariani Darmawan | 2008 | 10 min
Duduk bersama Sugiharti Halim, perempuan keturunan Tionghoa, ia bercerita mengenai keunikan nama yang diberikan orang tuanya sendiri.
Akar |Amelia Hapsari | 2013 | 23 min
Kembali ke rumah, ke asal-usulnya, Akar membawa kisah personal keluarga filmmaker.
Intiong | Gabriella Dhillon | 2012 | 7 min
Ayah Gaby adalah seorang keturunan India dan Ibunya seorang keturunan Tionghoa, jadilah Gaby yang Intiong (India Tionghoa)
Kaun Hai Hum, Hum Yaahan Hai | L.H. Aim Adi Negara | 2014 | 27 min
Orang-orang Pakistan yang berdiaspora ke Solo menceritakan kebiasaan mereka, khususnya mengenai perjodohan dan pernikahan.

Selasa, 11 Februari 2019
Salah Asuhan | Asrul Sani |1972 | 98 min
Berasal dari roman Abdul Muis (1928) yang bercerita tentang seorang pemuda Minang yang jatuh hati dengan perempuan indo. Kisah cinta mereka yang berliku-liku, pertemuan antara Timur dan Barat.




Selasa, 18 Februari 2019
Paris Dreams | Dhani Agustinus | 2005 | 15 min
Wulan bercerita mengenai kehidupan sehari-harinya yang biasa-biasa saja di Paris. Film ini berpusat pada identitas dirinya sebagai waria mantan PSK disana.
Liefde (Love) | Enang Wattimena | 2018 | 13 min
Selama ini keluarga Wattimena yang tinggal di Belanda kerap bercerita dan berbagi mengenai silsilah dan asal-usul keluarga mereka. Namun, Enang bertanya-tanya mengenai garis keturunan ibunya yang juga dari Indonesia, namun jarang dibahas, bahkan tidak diketahuinya.
Untuk Selalu | Andrea van den Bos, Ambar Surastri & Robbert Maruanaija | 2016 | 16 min
Empat orang pemuda keturunan Indonesia bercerita mengenai kebiasaan-kebiasaan dan identitas mereka yang berbeda-beda. Antara pemuda ‘Indo’, ‘Jawa-Suriname’, Maluku dan seorang yang dari kedua garis orangtuanya berasal dari Indonesia, bagaimana mereka memaknai identitas mereka sendiri.
Dinnertime | Josscy Vallazza Aartsen | 2017 | 9 min | 18 Februari 2019
Dua orang sahabat SD kerap bermain bersama. Walau main dari pulang sekolah hingga malam, mereka tidak dapat duduk dan makan bersama di satu meja. Mengapa?



Selasa, 25 Februari 2019
Pulang ke Indonesia | Dessy Bambang | 2016 | 5 min
Dalam documenter animasi singkat, Dessy bercerita mengenai pengalaman dirinya waktu kecil. Ia yang lahir di luar negeri ketika orangtuanya bertugas, harus pulang ke Indonesia dan merasakan Indonesia yang sesungguhnya secara langsung.
Merahnya Biru | Kristo Immanuel Caesar | 2017 | 9 min
Seorang penjual takoyaki bercerita mengenai perubahan Little Tokyo dari tahun ke tahun dan kesehariannya berjualan disana. Ia sebagai orang Indonesia yang bekerja di tengah-tengah hingar bingar potongan kecil Jepang di Jakarta.
Performing Out of Limbo | Betharia Nurhadist & Indrawan Prasetyo | 2018 | 30 min
Alex dan Hamza yang merupakan pengungsi asal Oromo, Etiopia yang mencari suaka dan ditempatkan di Pondok Cina, Depok. Dokumenter ini bercerita mengenai proyek kolaborasi mereka dengan mahasiswa, dosen dan musisi.